Langsung ke konten

Langsung ke daftar isi

Menyatakan Kasih Sayang dalam Keluarga

Menyatakan Kasih Sayang dalam Keluarga

Menyatakan Kasih Sayang dalam Keluarga

”Bakar saja kalau bisa! Bakar!” Hendra menantang istrinya, Lina. * ”Pasti akan saya bakar,” istrinya membalas dan menyalakan sebatang korek api untuk membakar foto mereka berdua. Sang istri lalu membentak, ”Saya akan bakar habis rumah ini!” Hendra menanggapi dengan menampar istrinya, mengakhiri perselisihan tersebut dengan kekerasan.

Tiga tahun sebelumnya, Hendra dan Lina memulai kehidupan berumah tangga sebagai pasangan yang berbahagia. Lalu, mengapa sekarang menjadi seperti ini? Meskipun kelihatannya Hendra adalah seorang pria yang menyenangkan, istrinya merasa bahwa Hendra tidak memperlihatkan kasih sayang kepadanya dan bahwa ia jarang sekali mempedulikan perasaannya. Tampaknya, Hendra tidak bisa menanggapi kasih sayang yang Lina perlihatkan. Karena tidak kuat lagi, Lina menjadi semakin jengkel dan marah. Ia mulai sering mengalami berbagai masalah seperti insomnia, kecemasan, kehilangan selera makan, mudah kesal, serta depresi dan bahkan serangan panik. Namun, Hendra agaknya tidak peduli terhadap suasana tegang yang terus-menerus terjadi di dalam rumah tangganya. Baginya, hal itu biasa-biasa saja.

”Masa Kritis yang Sulit Dihadapi”

Problem seperti itu sudah lazim dewasa ini. Rasul Paulus menubuatkan bahwa zaman kita akan dicirikan oleh orang-orang yang ”tidak memiliki kasih sayang alami”. (2 Timotius 3:1-5) Kata asli bahasa Yunani yang di sini diterjemahkan menjadi ”tidak memiliki kasih sayang alami” erat hubungannya dengan kata yang menggambarkan kasih sayang alami di antara anggota keluarga. Pada zaman kita ini, jelas terlihat kurangnya kasih sayang semacam itu. Bahkan sekalipun kasih sayang itu ada, para anggota keluarga mungkin jarang menyatakannya kepada satu sama lain.

Dewasa ini, banyak orang tua tidak tahu caranya menyatakan kasih dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Beberapa orang telah dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang kurang memiliki rasa kasih sayang dan mungkin tidak sadar bahwa kehidupan ini bisa lebih membahagiakan dan lebih menyenangkan jika saja mereka memiliki rasa kasih sayang dan menyatakannya. Tampaknya, hal inilah yang terjadi pada kasus Hendra. Semasa kanak-kanaknya, ayahnya selalu sibuk bekerja dan pulang ke rumah larut malam. Ia jarang berbicara dengan Hendra, dan kalaupun ia melakukannya, kata-katanya kasar. Ibu Hendra juga bekerja purnawaktu dan tidak banyak melewatkan waktu bersamanya. Perangkat televisi menjadi pengasuhnya. Tidak ada pujian ataupun komunikasi di dalam keluarga itu.

Kebudayaan mungkin juga menjadi penyebabnya. Di beberapa bagian Amerika Latin, seorang pria harus menentang kebudayaan yang ada untuk menyatakan kasih sayang kepada istrinya. Di banyak negeri Timur dan Afrika, seseorang dianggap menentang tradisi jika menyatakan kasih sayang dengan kata-kata atau dengan perbuatan. Para suami mungkin merasa canggung untuk mengatakan ”saya sayang kamu” kepada istri atau anak-anak mereka. Meskipun demikian, kita dapat belajar hikmah dari hubungan keluarga yang paling pertama, yang telah teruji oleh waktu.

Hubungan Keluarga yang Patut Diteladani

Pola terbaik bagi keluarga dapat ditemukan dalam hubungan yang akrab antara Allah Yehuwa dan Putra Allah satu-satunya yang diperanakkan. Mereka saling menyatakan kasih dengan cara yang sempurna. Selama ribuan tahun yang tak terhitung lamanya, makhluk roh yang belakangan menjadi Yesus Kristus menikmati hubungan yang bahagia bersama Bapaknya. Beginilah Yesus melukiskan ikatan tersebut, ”Akulah pribadi yang secara khusus sangat ia sukai dari hari ke hari, karena aku bergembira di hadapannya pada segala waktu.” (Amsal 8:30) Sang Putra begitu yakin akan kasih Bapaknya sehingga ia dapat menyatakan kepada orang lain bahwa Yehuwa sangat menyukainya dari hari ke hari. Ia merasa bahagia di hadapan Bapaknya pada segala waktu.

Bahkan sewaktu berada di bumi sebagai manusia Yesus, Putra Allah diyakinkan kembali akan kasih Bapaknya yang dalam. Sesudah Yesus dibaptis, ia mendengar suara Bapaknya, ”Inilah Putraku, yang kukasihi, kepadanyalah aku berkenan.” (Matius 3:17) Benar-benar pernyataan kasih yang membesarkan hati pada awal misi Yesus di bumi! Pastilah hatinya tersentuh sewaktu mendengar perkenan Bapaknya seraya ia memperoleh kembali seluruh ingatan tentang kehidupannya di surga.

Dengan demikian, Yehuwa menetapkan teladan terbaik dalam menyatakan kasih dalam tingkat terpenuh bagi keluarga universalnya. Jika kita menerima Yesus Kristus, kita juga dapat menikmati kasih sayang Yehuwa. (Yohanes 16:27) Walaupun kita tidak akan mendengar suara-suara dari surga, kita akan menyaksikan kasih Yehuwa yang dinyatakan di alam, dalam persediaan korban tebusan Yesus, dan dalam cara-cara lainnya. (1 Yohanes 4:9, 10) Bahkan, Yehuwa mendengarkan doa-doa kita dan menjawabnya dengan cara yang paling bermanfaat bagi kita. (Mazmur 145:18; Yesaya 48:17) Seraya kita memupuk hubungan yang akrab dengan Yehuwa, kita memperdalam penghargaan akan pemeliharaan-Nya yang pengasih.

Yesus belajar dari Bapaknya cara memperlihatkan empati, timbang rasa, kebaikan hati, dan keprihatinan yang dalam bagi orang-orang lain. Ia menjelaskan, ”Perkara apa pun yang dilakukan oleh [Bapak], perkara-perkara itu juga yang dilakukan Putra dengan cara yang sama. Karena Bapak memiliki kasih sayang terhadap Putra dan memperlihatkan kepadanya segala perkara yang dia sendiri lakukan.” (Yohanes 5:19, 20) Selanjutnya, kita dapat belajar caranya menyatakan kasih sayang dengan mempelajari teladan yang telah Yesus tetapkan sewaktu ia berada di bumi.—Filipi 1:8.

Kasih Sayang dalam Keluarga—Caranya?

Karena ”Allah adalah kasih” dan kita diciptakan ”menurut gambarnya”, kita memiliki potensi untuk merasa sayang maupun untuk menyatakannya. (1 Yohanes 4:8; Kejadian 1:26, 27) Namun, potensi tersebut tidak membuahkan hasil secara otomatis. Untuk menyatakan kasih sayang, kita harus terlebih dahulu merasa sayang kepada pasangan dan anak-anak kita. Bersikaplah jeli, dan perhatikanlah sifat-sifat yang menyenangkan dalam diri mereka, tidak soal hal itu mungkin kelihatan sepele pada awalnya, dan teruslah pikirkan itu. ’Tidak ada hal yang menyenangkan dalam diri suami [istri atau anak-anak] saya,’ Saudara mungkin berkata. Orang yang menikah karena dijodohkan mungkin kurang merasa sayang kepada pasangannya. Beberapa pasangan mungkin punya anak meskipun tidak menginginkannya. Namun, perhatikan bagaimana perasaan Yehuwa terhadap istri kiasannya, bangsa Israel, pada abad kesepuluh SM. Meskipun Elia nabi-Nya menyimpulkan bahwa tidak ada penyembah Yehuwa lagi di antara bangsa Israel sepuluh suku, Yehuwa dengan teliti mencari mereka dan menemukan sejumlah besar orang—seluruhnya 7.000—yang di mata-Nya memiliki sifat-sifat yang menyenangkan. Dapatkah Saudara meniru Yehuwa dengan mencari hal-hal baik dalam diri anggota keluarga Saudara?—1 Raja 19:14-18.

Akan tetapi, agar anggota-anggota keluarga merasakan kasih sayang Saudara, Saudara harus membuat upaya yang sungguh-sungguh untuk menyatakannya. Setiap kali Saudara memperhatikan sesuatu yang patut dipuji, nyatakanlah penghargaan Saudara dalam kata-kata. Sewaktu menggambarkan tentang seorang istri yang cakap, Firman Allah mengomentari sebuah ciri menarik dari keluarganya, ”Putra-putranya bangun dan menyatakan ia berbahagia; pemiliknya bangun, dan dia memujinya.” (Amsal 31:28) Perhatikan betapa leluasanya anggota-anggota keluarga itu menyatakan penghargaan mereka kepada satu sama lain. Dengan memuji istrinya secara lisan, seorang ayah menetapkan teladan yang baik bagi putranya, menganjurkan dia untuk bermurah hati dalam memuji pasangannya saat ia menikah nanti.

Selain itu, para orang tua hendaknya memuji anak-anak mereka. Hal tersebut dapat membantu menanamkan rasa percaya diri dalam hati anak-anak. Lagi pula, bagaimana seseorang dapat ’mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri’ jika ia tidak menghargai dirinya sendiri? (Matius 22:39) Sebaliknya, jika orang tua selalu mengkritik anak-anak mereka, sama sekali tidak memuji mereka, anak-anak dapat dengan mudah kehilangan rasa percaya diri dan mungkin sulit memperlihatkan kasih sayang kepada orang-orang lain.​—Efesus 4:31, 32.

Saudara Dapat Memperoleh Bantuan

Bagaimana seandainya Saudara tidak dibesarkan dalam rumah tangga yang pengasih? Saudara masih dapat belajar untuk menyatakan kasih sayang. Langkah pertama adalah mengenali problemnya dan mengakui perlunya perbaikan. Firman Allah, Alkitab, merupakan bantuan besar dalam hal ini. Alkitab dapat diumpamakan dengan sebuah cermin. Sewaktu kita memeriksa diri sendiri melalui ajaran Alkitab yang bagaikan cermin, cacat yang ada dalam pemikiran kita dipantulkan kembali kepada kita. (Yakobus 1:23) Selaras dengan ajaran Alkitab, kita dapat menyesuaikan kembali kecenderungan apa pun yang tidak patut. (Efesus 4:20-24; Filipi 4:8, 9) Kita perlu melakukannya secara terus-menerus, tidak pernah ’menyerah dalam melakukan apa yang baik’.—Galatia 6:9.

Beberapa orang mungkin mendapati sulit memperlihatkan kasih sayang karena pola asuh atau kebudayaan mereka. Akan tetapi, penelitian-penelitian belum lama ini menunjukkan bahwa kendala-kendala semacam itu dapat diatasi. Dr. Daniel Goleman, seorang spesialis kesehatan mental, menerangkan bahwa ’bahkan kebiasaan hati yang sejak kecil tertanam sangat dalam masih dapat dibentuk kembali’. Lebih dari 19 abad yang lalu, Alkitab menunjukkan bahwa dengan bantuan roh Allah, bahkan kecenderungan hati yang paling berurat berakar pun dapat diubah. Ayat tersebut menasihati kita, ”Tanggalkan kepribadian lama bersama praktek-prakteknya, dan kenakanlah kepribadian baru.”—Kolose 3:9, 10.

Setelah problemnya dikenali, keluarga dapat mempelajari Alkitab sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagai contoh, cobalah cari kata ”kasih sayang” dalam konkordansi Alkitab? Saudara mungkin menemukan ayat seperti ini, ”Kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan telah melihat kesudahan yang Yehuwa berikan, bahwa Yehuwa sangat lembut dalam kasih sayang dan ia berbelaskasihan.” (Yakobus 5:11) Kemudian, perhatikan kisah Alkitab mengenai Ayub, yang menyoroti bagaimana Yehuwa lembut dalam kasih sayang dan berbelaskasihan kepada Ayub. Saudara pasti ingin meniru Yehuwa untuk berlaku sangat lembut dalam kasih sayang dan berbelaskasihan kepada keluarga Saudara.

Akan tetapi, karena tidak sempurna, ”kita semua sering kali tersandung” dalam penggunaan lidah kita. (Yakobus 3:2) Dalam lingkungan keluarga, kita mungkin tidak menggunakan lidah kita dengan cara yang membesarkan hati. Di sinilah saatnya kita perlu berdoa dan bersandar pada Yehuwa. Jangan menyerah. ”Berdoalah dengan tiada henti.” (1 Tesalonika 5:17) Yehuwa akan menolong orang-orang yang mencari kasih sayang dalam keluarga dan juga orang-orang yang ingin memperlihatkan kasih sayang tersebut tetapi takut melakukannya.

Selain itu, Yehuwa telah dengan baik hati menyediakan bantuan dalam sidang Kristen. Yakobus menulis, ”Apakah ada yang sakit [rohani] di antara kamu? Biarlah ia memanggil tua-tua di sidang jemaat, dan biarlah mereka berdoa baginya, mengolesnya dengan minyak dengan nama Yehuwa.” (Yakobus 5:14) Ya, para penatua dalam sidang Saksi-Saksi Yehuwa dapat menjadi bantuan besar bagi keluarga-keluarga yang para anggotanya memiliki problem dalam memperlihatkan kasih sayang kepada satu sama lain. Meskipun bukan psikolog, para penatua dapat dengan sabar membantu rekan-rekan seiman mereka, tidak untuk memberi tahu mereka apa yang seharusnya mereka lakukan, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang sudut pandang Yehuwa serta berdoa bersama mereka dan bagi mereka.—Mazmur 119:105; Galatia 6:1.

Dalam kasus Hendra dan Lina, para penatua Kristen selalu mendengarkan problem-problem mereka dan menghibur mereka. (1 Petrus 5:2, 3) Pada beberapa kesempatan, seorang penatua dan istrinya datang berkunjung sehingga Lina mungkin memperoleh manfaat dari pergaulan dengan seorang wanita Kristen berpengalaman yang dapat ’menyadarkan Lina untuk mengasihi suaminya’. (Titus 2:3, 4) Dengan memperlihatkan pengertian dan simpati atas penderitaan dan sakit hati rekan-rekan Kristen, para penatua menjadi ”tempat perlindungan dari angin dan tempat persembunyian dari badai hujan”.​—Yesaya 32:1, 2.

Dengan bantuan para penatua yang baik hati, Hendra akhirnya sadar bahwa ia memang bermasalah dalam menyatakan emosi-emosinya dan bahwa pada ”hari-hari terakhir”, Setan menyerang penyelenggaraan keluarga. (2 Timotius 3:1) Hendra memutuskan untuk mengatasi masalahnya. Ia mulai memahami bahwa ia gagal menyatakan kasih karena sewaktu dibesarkan ia tidak merasakan kasih sayang. Melalui pelajaran Alkitab dan doa yang serius, Hendra secara bertahap menjadi lebih tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan emosi Lina.

Meskipun marah kepada Hendra, sewaktu Lina memahami latar belakang keluarga suaminya dan melihat kelemahan-kelemahannya sendiri, ia mengerahkan upaya serius untuk melihat hal-hal baik dalam diri suaminya. (Matius 7:1-3; Roma 5:12; Kolose 3:12-14) Ia dengan sungguh-sungguh memohon kekuatan kepada Yehuwa untuk tetap mencintai suaminya. (Filipi 4:6, 7) Akhirnya, Hendra mulai menyatakan kasih sayangnya, sehingga istrinya senang.

Ya, bahkan jika Saudara mendapati sulit untuk merasa dan menyatakan sayang kepada anggota keluarga, Saudara pasti dapat mengatasi problem tersebut. Firman Allah memberi kita bimbingan yang sehat. (Mazmur 19:7) Dengan menyadari seriusnya hal ini, dengan berupaya melihat hal-hal baik dalam diri para anggota keluarga Saudara, dengan mempelajari dan menerapkan Firman Allah, dengan bersandar pada Yehuwa melalui doa yang sungguh-sungguh, dan dengan mencari bantuan dari para penatua Kristen yang matang, Saudara dapat menanggulangi apa yang tampaknya merupakan perintang yang menakutkan antara Saudara dan keluarga Saudara. (1 Petrus 5:7) Saudara juga dapat bersukacita, seperti seorang suami di Amerika Serikat. Ia dianjurkan untuk menyatakan kasih sayangnya kepada istrinya. Sewaktu ia akhirnya mengumpulkan keberanian untuk mengatakan ”saya sayang kamu”, ia terkejut oleh tanggapan istrinya. Dengan air mata sukacita di matanya, sang istri berkata, ”Saya juga sayang kamu, tetapi baru inilah pertama kalinya selama 25 tahun kamu mengatakan seperti itu.” Jangan menunggu sebegitu lama untuk menyatakan kasih sayang Saudara kepada pasangan dan anak-anak Saudara!

[Catatan Kaki]

^ par. 2 Beberapa nama telah diubah.

[Gambar di hlm. 28]

Yehuwa menyediakan bantuan dalam Firman-Nya, Alkitab